Tahun 2024 menjadi salah satu periode tersulit dalam sejarah Ubisoft. Perusahaan yang dikenal sebagai salah satu publisher dan developer game terbesar di dunia ini mengalami serangkaian kegagalan besar yang tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga mengguncang reputasi mereka di mata para gamers.
Menurut PC Gamer, Ubisoft kini menghadapi tantangan besar untuk membalikkan keadaan di tahun mendatang.
Kegagalan Beruntun Ubisoft
Dimulai dengan peluncuran Avatar: Frontiers of Pandora pada Desember 2023, game ini diharapkan menjadi salah satu judul besar yang mendulang kesuksesan seperti filmnya. Namun, kenyataannya berbeda jauh. Sambutan dingin dari pemain dan review yang tidak semuanya postitif membuat game ini dengan cepat mengalami penurunan harga hanya beberapa minggu setelah rilis.
Skull and Bones, proyek ambisius yang sempat mengalami banyak penundaan, akhirnya dirilis pada tahun 2024. Sayangnya, game ini gagal memberikan pengalaman bajak laut yang menarik. Banyak kritik yang menyebut game ini tidak memiliki elemen yang cukup kuat untuk bersaing, terutama jika dibandingkan dengan Assassin’s Creed IV: Black Flag, yang menjadi inspirasi utamanya.
Judul lain, Star Wars Outlaws, juga tidak mampu memenuhi ekspektasi meskipun ulasannya positif. Harapan tinggi dari penggemar Star Wars tidak berhasil diterjemahkan menjadi angka penjualan yang signifikan. Bahkan, penundaan game andalan lainnya, Assassin’s Creed Shadows, hingga Februari 2025 semakin memperparah situasi. Ubisoft mengakui bahwa penundaan ini dilakukan demi memastikan kualitas game sesuai ekspektasi penggemar.
Gangguan Struktur Internal Perusahaan
Serangkaian kegagalan tersebut tidak hanya berdampak pada reputasi Ubisoft, tetapi juga memengaruhi kondisi internal perusahaan. Salah satu contohnya adalah pembubaran tim pengembang Prince of Persia: The Lost Crown. Meskipun game ini mendapat pujian dari para kritikus, penjualan yang jauh dari target membuat Ubisoft mengambil keputusan berat untuk membubarkan tim tersebut.
Selain itu, proyek ambisius lainnya, XDefiant, terpaksa dihentikan. Penutupan ini berdampak langsung pada pemutusan hubungan kerja bagi 277 karyawan, serta ditutupnya dua studio pengembangan. Keputusan ini menjadi salah satu langkah drastis Ubisoft dalam upaya mengurangi kerugian yang terus membesar.
Krisis Reputasi dan Keuangan
Secara finansial, situasi Ubisoft berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Saham perusahaan ini mengalami penurunan drastis dari nilai tertingginya di angka US$85 pada awal 2021 menjadi sekitar US$13 pada akhir 2024. Hal ini memicu spekulasi bahwa Ubisoft sedang berada di ambang akuisisi. Keluarga Guillemot, pendiri Ubisoft, dikabarkan sedang menjajaki opsi untuk menjadikan perusahaan ini privat dengan bantuan Tencent.
Namun, langkah ini belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi Ubisoft. Banyak penggemar yang mulai kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan perusahaan ini untuk menghasilkan game berkualitas. Kepercayaan yang telah dibangun selama puluhan tahun kini mulai goyah.
2025 Jadi Tahun Paling Krusial Bagi Ubisoft
Dengan penundaan Assassin’s Creed Shadows hingga Februari 2025, Ubisoft berupaya memberikan kualitas terbaik untuk pemain. Game ini diharapkan menjadi titik balik perusahaan dalam membangun kembali reputasi mereka. Namun, mengingat serangkaian kegagalan di tahun 2024, tantangan yang dihadapi Ubisoft tidaklah ringan.
Tahun 2025 akan menjadi momen krusial bagi Ubisoft. Keberhasilan Assassin’s Creed Shadows dan beberapa proyek lainnya akan menentukan apakah perusahaan ini mampu bangkit dari keterpurukan atau terus terjebak dalam siklus kegagalan. Bagi para penggemar, harapan besar masih ada, tetapi Ubisoft harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa mereka masih pantas berada di posisi teratas industri game.