Apakah game buatan Hideo Kojima bisa dibilang overrated? Sebuah pertanyaan yang cukup kontroversial untuk membuka artikel review ini, namun tentunya penulis beropini pemain Death Stranding 2: On The Beach sebagian besar adalah pemain dari versi pertama yang menunggu sekuel begitu lama. Ekspektasi akan mahakarya dari Hideo Kojima pun bisa dikatakan “dipertaruhkan”, atau mungkin tidak juga, karena Kojima sendiri pun mengatakan bahwa game yang Ia buat tidak diperuntukkan untuk semua orang.

Baik, tapi pertanyaan yang tetap saja belum terjawab: Bagaimana sekuel dari Death Stranding, sebuah game walking simulator yang terkenal dengan sinematik dan ide cerita misterius namun menarik?

Sekilas, Death Stranding 2: On The Beach, merupakan Death Stranding yang disempurnakan, memberikan banyak pengalaman bermain baru namun tetap mempertahankan core gameplay dari game pertama.

Apa saja hal menarik dari game ini?

Death Stranding 2: On the Beach (Kojima Productions)
Death Stranding 2: On the Beach (Kojima Productions)

Premis yang sama, sisi misterius yang sama

Tanpa memberikan spoiler, Death Stranding 2: On The Beach melanjutkan cerita dari Death Stranding dengan karakter utama yang sama: Sam. Setelah menyelesaikan koneksi antar kota menjadi satu kesatuan UCA, Sam ditugaskan untuk berangkat melanjutkan koneksi antar kota, mulai dari meksiko menuju Australia. Yap, premis ceritanya kurang lebih sama, namun sepertinya Kojima ingin core value dari Death Stranding tetaplah sama untuk menjaga sisi konsisten.

Mekanik dasar dari Death Stranding 2 pun tetap sama: mengantar barang. Genre walking simulator tentu bukan genre untuk sembarang orang. Terlepas dari more action yang dijanjikan oleh Kojima pada seri kedua ini (yang ternyata memang sedikit lebih intens dan chaos), Death Stranding 2 tetaplah walking simulator, dan sangatlah sah-sah saja untuk menyebut genre tersebut.

Tentu, bagi yang menyukai seri Death Stranding, ini akan menjadi “ok” yang cukup mudah, tapi untuk yang kurang cocok dengan Death Stranding, mungkin akan tetap merasa tidak cocok.

Death Stranding 2: On the Beach (Kojima Productions)
Death Stranding 2: On the Beach (Kojima Productions)

Alat lebih lengkap, pekerjaan jadi lebih mudah?

Jika bisa dirangkum salah satu hal perubahan yang paling terasa dari Death Stranding 2, adalah kesulitan permainan yang terlihat lebih “mudah”. Tapi ini bukan berarti serta-merta Kojima menurunkan ancaman yang dapat ditemui di berbagai area permainan, namun perkembangan teknologi lebih terasa maju dan “terkoneksi”, seperti premis Death stranding pada awalnya.

Ambil contoh kendaraan. Daripada memberikan berbagai macam kendaraan seperti motor, truk, dan semacam racing car; Death Stranding 2 memberikan dua opsi sederhana: motor atau truk. Sepanjang cerita pun, kita tidak dapat menemukan modifikasi mayor motor & truk dari Death Stranding 1 seperti transporter atau racing trike. Sebagai gantinya, pemain dapat memasang shield maupun ekstra baterai ataupun stabilizer yang disematkan pada slot yang sama, sehingga kapasitas kargo pun lebih sedikit. Truk pun juga mengalami hal yang sama. Terdapat 6 slot baterai yang dapat dimodifikasi, dengan tambahan baru dua lengan yang berada di atas truk, yang dapat dipasangkan senjata seperti canon maupun cargo catcher. Berdasarkan pengalaman pribadi, dengan truk ditambah modifikasi ban, secara praktis pemain dapat melakukan pengiriman barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Oh ya dan sedikit spoiler mode kendaraan baru: dapat berjalan di atas tar.

Ditambah lagi, terdapat opsi pengantaran baru yaitu monorail. Yap, seperti namanya sendiri, pemain dapat mengirimkan barang (termasuk kendaraan) dalam jumlah banyak dari satu kota ke kota lainnya, ditambah lagi dengan fitur mining yang memungkinkan pemain untuk menambang material tertentu dalam jumlah banyak (dengan membayar chiral crystal). Ketersediaan jalur monorail ini seperti jalan tol, yang dibatasi hanya pada kota-kota tertentu (umumnya kota distribusi atau kota utama yang memiliki kapasitas besar).

Perlengkapan baik senjata dan alat-alat pendakian pun cukup variatif. Mulai dari rifle dan sniper yang memiliki peredam suara, grenade launcher yang mempertahankan berbagai mode detonasi, hingga tongkat listrik serta 2 tangga yang dapat digabungkan; perjalanan menjadi lebih aman. Alat perakit yang bernama PCC pun kembali lagi dengan mempertahankan sebagian besar alat-alat dari Death Stranding 1, sehingga pemain lama dapat melanjutkan kreasi mereka kembali.

Dengan kendaraan yang relatif lebih dapat diandalkan, jalan yang terkoneksi dengan lebih baik, mode transportasi yang variatif, perlengkapan yang serbaguna; :Death Stranding 2 dapat terasa lebih mudah, namun menurut opini penulis, bukan karena musuh yang dimudahkan.

Death Stranding 2: On the Beach (Kojima Productions)
Death Stranding 2: On the Beach (Kojima Productions)

Storytelling sinematik yang digabungkan dalam game

Level storytelling yang disajikan dalam Death Stranding 2 pun terasa satu level di atas seri sebelumnya dengan kombinasi cutscene dan musik yang unik. Semua face dan motion tracking terasa cukup natural, termasuk alur percakapan yang cukup natural. Transisi dari cutscene menuju gameplay (dan sebaliknya) pun terasa sangat natural. Meskipun transisi terdengar cukup sederhana, tapi semakin banyak game AAA yang kurang mengedepankan sisi seamless dari permainan dan sinema, terutama bagian dialog.

Menurut opini penulis, salah satu pujian yang tidak terlihat pada sebuah game yang mencoba sinematik, adalah ketika ada komentar “seperti menonton film” atau terasa “sedikit” bosan. Ini berarti game berhasil menyajikan kualitas sinema yang relatif sepantar dengan film umumnya, namun tentu gameplay menarik menjadi cerita yang berbeda dan tugas tambahan.

Port PlayStation 5 yang Optimized dan Efektif

Hari-hari ini tidaklah begitu langka mendengar kabar game yang dikembangkan selama bertahun-tahun, menaikkan ekspektasi dari para pemain, dan menunggu dua hasil: berhasil begitu baik dan gagal sehancur-hancurnya. Pilihan penggunaan Decima Pro Engine sebagai basis dari Death Stranding 2 terlihat merupakan pilihan yang paling sempurna untuk menggambarkan tema dari Death Stranding.

Dengan tampilan visual pegunungan dilengkapi dengan pencahayaan tanpa ray tracing, Kojima Productions menunjukkan bahwa optimisasi game yang diutamakan, dapat memberikan pengalaman bermain organik yang optimal tanpa perlu spek lain. Dalam pengalaman penulis, dengan penggunaan monitor 27” 2K resolution, PlayStation 5 dapat memberikan performa mulus 60fps tanpa ada crash ataupun stutter sekalipun.

Meskipun kestabilan porting pure console umumnya adalah salah satu kelebihan tersendiri, namun dari sisi penulis yang juga memainkan PC gaming, Death Stranding 2 On The Beach memberikan pengalaman bermain yang mulus dan menyenangkan.

Kesimpulan

Death Stranding 2: On The Beach adalah sekuel dari Kojima Productions yang berhasil menyajikan pengalaman bermain yang konsisten ala Death Stranding. Berbagai alat dan kendaraan yang dioptimasi dengan gameplay yang unik, menjadi satu daya tarik yang membawa dunia game dan sinema menjadi satu.

Kelebihan

  • Kualitas sinematik dan transisi gameplay yang baik
  • Mekanik gameplay yang lebih dioptimalkan sehingga memudahkan pemain
  • Porting yang mulus berkat penggunaan Game Engine yang tepat

Kekurangan

  • Dengan core mekanik yang sama, dapat terasa “membosankan” dan berpotensi tidak menarik pemain baru

Death Stranding 2: On The Beach

Gameplay
Feature
Story

Summary

Death Stranding 2: On The Beach merupakan cerita post-apocalyptic dan walking simulator dengan familiaritas pada seri pertamanya, namun tetap memberikan pengalaman bermain yang menarik ala Kojima.

4.8
Tokyo Game Show 2025 Special Report