Pertama kali main, langsung inget sama game Pac-Man. Tahu dong game legendaris Pac-Man? Tapi sayangnya, review Shadow Labyrinth for Nintendo Switch ini tidak se-unyu dan semenggemaskan Pac-Man. Kalau boleh saya spill di awal, game ini memang kurang menarik dan kurang adiktif. Ya, tapi tentu saja ini cukup subjektif dan saya akan melakukan review Shadow Labyrinth for Nintendo Switch sesuai pengalaman saya selama memainkannya, ya.

Tapi, di balik beberapa kekurangannya, tentu saja ada kelebihan dari review Shadow Labyrinth for Nintendo Switch, terutama soal visual dan sound-nya. Oh, dan satu lagi, ada juga ide cerita yang menurut saya sangat menarik meski memang masih ada kekurangan. Untuk mengetahui lebih lanjut dan lengkapnya, kita langsung bahas saja di review Shadow Labyrinth for Nintendo Switch.

Jalan Cerita Labyrinth for Nintendo Switch

Shadow Labyrinth for Nintendo Switch

Oke, kita mulai reviewnya dari jalan cerita. Begini, kamu bisa bayangin Pac-Man, si bulat kuning doyan ngemil, tiba-tiba berubah jadi karakter gelap penuh dendam di dunia metroidvania yang suram banget. Itulah Shadow Labyrinth, reimajinasi unik dari Bandai Namco yang mengembangkan kisah pendek Secret Level: Pac-Man Circle dari Prime Video jadi game 2D berdurasi 30 jam — sayangnya, dengan cerita yang lebih ‘ribet’ dari labirin yang biasa kamu lihat di Pac-Man.

Tapi, di sini kamu nggak berperan sebagai Pac-Man, melainkan mainin karakter Swordsman—seorang pendekar amnesia—yang dipanggil dari dimensi lain untuk bantu makhluk misterius bernama Puck (iya, basically Pac-Man) kabur dari planet penjara yang aneh dan mematikan. Tapi jangan harap kamu bakal ngerti langsung ceritanya. Semua disampaikan lewat dialog misterius penuh jargon sci-fi, dan Puck sendiri lebih terasa kayak bos manipulatif yang ngajak kamu muter-muter tanpa banyak penjelasan.

Yang bikin makin pusing, hampir semua kejadian dalam cerita cuma “terjadi” di sekitarmu. Kamu lebih sering jadi penonton pasif daripada penggerak utama. Bahkan ketika ada twist penting atau momen emosional, game ini kayak buru-buru pindah ke dungeon selanjutnya sebelum kamu sempat mencerna apa yang barusan terjadi.

Meski begitu, Shadow Labyrinth punya momen menarik lewat referensi ke berbagai IP Bandai Namco lain. Kamu bisa nemu NPC dari Bosconian, musuh-musuh mirip Dig Dug atau Galaga, sampai callback ke Xevious. Cuma sayangnya, semua potensi nostalgia itu ketutup oleh narasi yang terlalu berat dan datar.

Ceritanya sebenarnya ngikutin progres metroidvania klasik—kamu mulai dengan jalur cukup linear, tapi seiring upgrade bertambah (grappling hook, air dash, double jump, dll), dunianya mulai kelihatan. Nah, sayangnya, tujuannya ini nggak jelas, dan petunjuk di peta lebih mirip kode rahasia daripada ngebantu untuk menunjuk arah jalan. Nggak jarang saya nyasar ke tempat yang belum bisa diakses karena belum punya upgrade tertentu. Ditambah sistem checkpoint dua tingkat yang ribet banget: satu bisa fast travel, satunya cuma respawn point tanpa refill item. Mati? Siap-siap jalan kaki jauh.

Yang paling mencolok dari narasinya adalah betapa lambat dan “dingin”-nya pace cerita ini. Kamu bisa aja eksplor dungeon, ketemu musuh, menang, terus dapet cutscene yang harus kamu tonton diam-diam—tanpa tahu siapa ngomong apa, kenapa mereka penting, dan kenapa kamu harus peduli dengan mereka.

Highlight naratif paling seru, menurut saya justru datang dari area bernama MAZEs karena terasa banget ala Pac-Man klasik tapi dengan twist modern: puzzle warna-warni, musik arcade ngebut, dan gameplay makan-hantu yang terkenal itu. Di sini, vibe Pac-Man Championship Edition DX terasa banget. Ironisnya, bagian ini justru yang paling berhasil menyalurkan “roh” Pac-Man ke dalam bentuk baru yang tetap menyenangkan.

Sayangnya, bagian cerita utama tetap berasa berat sebelah: banyak hal yang terjadi, tapi terasa kosong. Puck yang awalnya terlihat sebagai entitas mengancam malah kurang dimanfaatkan secara aktif di gameplay. Apakah ada transformasi jadi Pac-Man raksasa? Ada, tapi cuma muncul sebagai gimmick usai boss fight, tanpa naratif atau mekanik yang memorable.

Gameplay dan Cara Main Labyrinth for Nintendo Switch

Shadow Labyrinth for Nintendo Switch

Sebagai sebuah metroidvania dengan nuansa gelap dan elemen Pac-Man yang dipelintir, Shadow Labyrinth menyajikan gameplay yang cukup kompleks tapi familiar buat kamu yang doyan game 2D side-scroller. Tapi jangan salah, meskipun mekaniknya terkesan “standar”, sistem di dalamnya cukup menguji kesabaran—terutama karena checkpoint yang kejam dan progresi yang lambat. Kejam di sini, menurutku checkpoint-nya terlalu jauh. Jadi kalau mati, ya.. agak melelahkan harus ngulang lagi. Gini deh penjelasannya:

Petualangan di Dunia Labirin

Seperti game metroidvania pada umumnya, kamu bakal banyak jalan kaki, loncat-loncat, buka jalan baru, dan balik ke area lama setelah dapat skill baru. Dunia Shadow Labyrinth terbagi jadi area yang terhubung dengan banyak cabang dan rahasia tersembunyi. Tapi jangan harap ada petunjuk arah yang jelas. Intinya game ini:

  • Tidak ada waypoint otomatis—kamu harus benar-benar memperhatikan lingkungan sekitar.
  • Area dominan berupa gua dan markas industri; jadi jangan berharap ada visual lain yang estetik.
  • Ada zona opsional seperti lembah bunga beracun yang baru bisa diakses saat late-game.

Navigasi bisa terasa repetitif karena desain area yang mirip satu sama lain, tapi ada beberapa puzzle di area tersebut yang bikin petualangan terasa rewarding.

Sistem Pertarungan

Combat di Shadow Labyrinth cukup responsif, tapi nggak menawarkan banyak action yang adiktif di awal. Kombinasi serangan dan skill-nya bertambah seiring waktu, tapi sebagian besar pertarungan tetap bergantung pada refleks dan nyali.

  • Serangan dasar: Kombinasi 3 pukulan dan serangan kuat (power attack).
  • Dodging: Bisa roll untuk menghindar, tapi makan ESP.
  • Parry dan air-dash: Dibuka lewat progresi, bikin gaya bertarung lebih dinamis.
  • Kombinasi ESP sebagai stamina bikin kamu harus hati-hati. Kalau habis? Kamu masuk mode burnout, nggak bisa dodge dan skill.

Puck (Pac-Man) bisa ikut bertarung juga lho! Kadang kamu bisa fusion jadi makhluk naga mekanik buat ngeratain musuh. Tapi sayangnya, mode ini cuma berlaku sementara dan tetap terasa button-mashy.

Sistem Checkpoint & Progresi

Yang cukup bikin saya kesal adalah sistem checkpoint dua tingkat yang rawan bikin kamu ngulang jauh banget kalau tewas.

  • Miku Sol Checkpoint: Bisa upgrade karakter, teleport, dan isi ulang item.
  • Mini Checkpoint: Cuma buat respawn, tapi nggak refill health atau potion.

Kamu harus pintar-pintar kelola resource karena kalau mati dan checkpoint jauh, bisa-bisa harus ulang jalur panjang plus lawan musuh yang sama lagi. Belum lagi banyak jalan buntu yang cuma bisa dilewati kalau kamu udah punya skill tertentu.

Transformasi Puck & Waka-Waka Rail

Di beberapa area, kamu bisa berubah jadi Puck versi klasik dan jalan di lintasan dinding ala Pac-Man, sambil makan pellet. Nah, Pellet bisa dikumpulkan sebagai currency untuk beli upgrade.

Lalu, ada Rail system bikin kamu bisa naik tembok, ngelewatin ceiling, dan bikin shortcut baru. Tapi navigasi saat berubah jadi Puck kadang terasa kaku, terutama karena kontrol loncat yang dibatasi arah (atas, depan, diagonal saja). Salah satu fitur paling unik, tapi sayangnya kurang dimanfaatkan maksimal dan terasa cuma sebagai gimmick lucu.

MAZE Mode – Fresh From The Oven Banget!

Kalau kamu udah mulai jenuh dengan dungeon crawling biasa, mode MAZE ini bisa jadi pilihan oke biar nggak bosen memainkannya. Ini adalah level mini berbasis arena Pac-Man yang colorful dengan arcade-style.

  • Ada gimmick seru seperti moving walls, fake Puck, dan musuh yang bisa dilempar puzzle.
  • Musik arcade yang nge-pump dan visual neon jadi highlight tersendiri.
  • Sayangnya, masih ada timer dan beberapa petunjuk kurang jelas, jadi kamu bisa stuck tanpa tahu harus ngapain.

Tapi jujur, bagian ini justru yang paling fun dan paling terasa “Pac-Man” di game ini.

Visual and Audio

Shadow Labyrinth for Nintendo Switch

Dari awal rilisnya, Shadow Labyrinth memang menjual atmosfer gelap dan gaya seni yang unik sebagai daya tarik utama. Dan memang, secara tampilan dan audio, game ini punya identitas yang cukup kuat—meskipun sayangnya nggak semua aspeknya dieksekusi konsisten.

Gaya Visual: Gloomy, Detail, tapi Repetitif

Secara visual, game ini menggunakan gaya animasi “paper doll” di mana karakter dan musuh terlihat seperti boneka dua dimensi yang digerakkan dengan tali. Kesan “dark fairytale” terasa cukup kental, apalagi dengan palet warna yang gloomy dan tekstur lingkungan yang penuh nuansa industrial dan biologis.

  • Monster design cukup impresif, terutama musuh-mechanical dengan detail kecil yang rumit—gear, kabel, bahkan lampu kecil di tubuh mereka hidup secara dinamis.
  • Animasi karakter terasa sedikit kaku dan melayang—seolah gerakan mereka nggak benar-benar menyatu dengan lingkungan. Tapi untungnya, ini nggak terlalu mengganggu performa gameplay.
  • Lingkungan cukup menarik di awal, tapi sayangnya terasa monoton mungkin karena menampilkan lingkungan yang sama persis di setiap stage. Banyak area yang hanya variasi dari gua gelap atau fasilitas teknologi tinggi, hanya dibedakan warna background-nya.

Tapi, ada satu area yang standout, yaitu Lembah bunga beracun. Kenapa? Di sini terlihat kontras dengan desain dan visual lingkungan lainnya terasa gelap, justru lembah ini dibuat lebih cerah jadi rasanya seperti “bernafas” setelah keluar dari gua.

Sound Design & Musik: Atmosferik tapi Kurang Berkesan

Dari sisi audio, Shadow Labyrinth cukup berhasil menciptakan atmosfer dunia yang gelap dan penuh misteri. Efek suara seperti gema ruang bawah tanah, dentingan besi, hingga desahan mesin rasanya pas banget dengan judul gamenya. Sayangnya, kalau bicara soal soundtrack memorable sepertinya belum ada soundtrack yang memorable.

Kelebihan dan Kekurangan

Ya, namanya juga game, pasti akan selalu ada kelebihan dan kekurangannya. Meski secara pribadi saya kurang menikmati gamenya, namun mungkin beberapa poin kelebihan dan kekurangan di bawah ini bisa mengubah pikiranmu untuk tertarik main gamenya:

Kelebihan Shadow Labyrinth for Nintendo Switch

  • Konsep Unik: Reimajinasi Pac-Man dalam dunia metroidvania yang dark sehingga idenya terasa fres.
  • Visual Atmosferik: Gaya seni “dark fairytale” dengan palet warna gloomy dan desain monster yang detail menciptakan suasana yang kuat.
  • Sound Design yang Mendukung: Efek suaranya juga berhasil membangun suasana dark yang pas.
  • MAZE Mode yang Fun: Mode ini menghadirkan gameplay ala Pac-Man klasik dengan twist modern, menjadi bagian paling menyenangkan dan terasa “Pac-Man” banget.
  • Rasa Nostalgia: Banyak elemen dari IP Bandai Namco lain seperti Bosconian, Dig Dug, dan Galaga sehingga pemain game Pac Man bakal merasakan sensasi nostalgia.

Kekurangan Shadow Labyrinth for Nintendo Switch

  • Cerita yang Rumit dan Terlalu Flat: Narasi terlalu berat, terlalu banyak jargon sci-fi, dan membuat pemain lebih sering menjadi penonton pasif.
  • Navigasi Membingungkan: Tidak ada petunjuk arah yang jelas, peta sulit dipahami, dan sering membuat pemain tersesat.
  • Checkpoint Terlalu Jauh: Sistem checkpoint dua tingkat membuat progresi terasa melelahkan, terutama jika mati dan harus mengulang jauh.
  • Gameplay Repetitif: Desain area yang monoton dan navigasi yang berulang membuat petualangan membosankan.
  • Audio Kurang Berkesan: Meskipun atmosferik, soundtrack tidak ada yang memorable.

Shadow Labyrinth for Nintendo Switch sebenarnya punya konsep yang menarik karena di sini kita bisa merasakan game ala Pac-Man dengan dunia metroidvania gelap yang misterius. Sayangnya, ide yang menarik ini kurang maksimal dieksekusi. Cerita terasa terlalu ribet dan dingin, gameplay-nya menyebalkan karena checkpoint kejam dan navigasi membingungkan, sementara visual dan audio yang atmosferik malah terasa repetitif.

Meski begitu, game ini tetap punya momen menyenangkan lewat MAZE mode dan paling berhasil menangkap esensi Pac-Man ke dalam format baru. Kalau kamu fans berat Bandai Namco atau sekadar penasaran dengan reimajinasi berani ini, Shadow Labyrinth masih layak dicoba—meskipun jelas bukan untuk semua orang.

Shadow Labyrinth for Nintendo Switch

Gameplay
Feature
Story
Sound

Summary


Shadow Labyrinth for Nintendo Switch adalah reimajinasi game Pac-Man dengan mengusung gambaran metroidvania yang dark, konsep unik, visual atmosferik, dan sound design yang menarik. Namun, game ini memiliki cerita yang rumit, navigasi membingungkan, checkpoint yang terlalu jauh, dan gameplay repetitif. Meski begitu, mode MAZE-nya fun dan elemen nostalgianya juga sangat terasa. Game ini menurut saya lebih cocok untuk fans Bandai Namco, tapi bukan untuk semua orang.

2.8

Tokyo Game Show 2025 Special Report

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini