Tim PlayEatSleep kembali berkesempatan untuk meliput langsung salah satu pameran game terbesar di dunia, Tokyo Game Show 2025 (TGS 2025). Diselenggarakan di Makuhari Messe, Chiba, Jepang, pagelaran tahun ini terasa lebih masif dari sebelumnya. Kami menjelajahi berbagai booth dari publisher game ternama, developer indie, hingga area khusus hardware dan lifestyle gaming.

Berikut adalah rangkuman pengalaman dan semua impresi kami selama berada di TGS 2025.

Hands-On Game Paling Ditunggu di TGS 2025

TGS tahun ini memecahkan rekor dengan lebih dari 4.000 booth, membuat skala acara ini terasa luar biasa untuk dicakup seluruhnya. Antrean untuk mencoba game-game besar sudah mengular panjang bahkan sejak hari pertama yang dikhususkan untuk media dan bisnis. Meskipun demikian, kami berkesempatan mencoba beberapa game paling menjanjikan.

Game pertama yang kami coba adalah NTE: Neverness to Everness. Project dari Hotta Studio ini mengambil latar open-world modern di kota metropolitan, lengkap dengan mobil dan berbagai aspek kehidupan urban. Gameplay-nya menyajikan pertarungan ala GTA yang dibalut dengan gaya visual anime yang sangat memukau.

Setiap karakter terasa memiliki kepribadian yang kuat dan berbeda. Kontrolnya terasa intuitif dan familiar, mengingatkan kami pada game mobile populer seperti Genshin Impact. NTE berhasil membawa formula Genshin ke dalam dunia urban fantasy dengan pendekatan mobile-first yang solid.

Selanjutnya, kami mendapatkan kesempatan hands-on ANANTA, yang menawarkan pengalaman sangat berbeda. Dikembangkan oleh Naked Rain dan dipublikasikan oleh NetEase Games, demo ini terbagi menjadi dua bagian: misi cerita dan eksplorasi bebas. Misi ceritanya berjalan sinematik dan intens, dimulai dengan pertarungan cepat yang kemudian beralih ke adegan kejar-kejaran mobil ala Uncharted. Namun, segmen eksplorasi bebas menjadi sorotan utamanya.

ANANTA
ANANTA

ANANTA memiliki sistem pergerakan (traversal) yang sangat bebas dan stylish, mulai dari berayun seperti superhero, menggunakan palu jet yang bisa berubah menjadi skuter, hingga memanggil mobil polisi secara instan. Dunia yang hidup dan interaktif ini menjadikan ANANTA salah satu demo paling kuat di TGS 2025.

Kami juga mencoba Planet Party Time dari Universe X Studio di bawah naungan NetEase Games. Game ini menggabungkan elemen life-sim, party game, dan eksplorasi sosial dalam paket yang kreatif. Mode solo yang kami mainkan terasa seperti versi santai dari Fall Guys, lengkap dengan rintangan, tantangan waktu, dan platforming yang intuitif. Dengan visual cerah dan kontrol yang mudah diakses, Planet Party Time menjadi game yang segar dan sangat menyenangkan untuk semua kalangan.

Sorotan dari Panggung Game Indie di TGS 2025

TGS 2025 tidak hanya menjadi panggung bagi raksasa industri, tetapi juga menjadi festival bagi developer game kecil dan indie untuk unjuk gigi.

Salah satu yang menarik perhatian kami adalah yunyun denpa syndrome, rhythm adventure game tentang gadis hikikomori dengan sentuhan psikotik. Sesi rhythm-nya disajikan seolah pemain sedang melakukan “perang oshi” di media sosial, diiringi lagu-lagu denpa yang sangat catchy.

Yunyun Syndrome!? Rhythm Psychosis (Alliance Arts / WHO YOU)
Yunyun Syndrome!? Rhythm Psychosis (Alliance Arts / WHO YOU)

Kami juga mencoba rain98, yang memadukan nuansa musik lo-fi yang menenangkan dengan ketegangan cerita psycho-thriller. Gameplay-nya terbukti lebih dari sekadar novel visual, pemain didorong untuk menjelajahi setiap sudut apartemen dan berinteraksi dengan berbagai benda. Beberapa minigame juga diselipkan untuk menjadi selingan yang menarik.

Saat mengunjungi area Selected Indie 80, kami bangga menemukan dua game dari Indonesia. Pertama, I NEED SPACE dari Khayalan Arts, game 2D Open-Space Exploration dengan narasi dan suasana yang mendalam, diperkuat oleh art style lucu yang membangun identitasnya sebagai cozy game. Kedua adalah Broomstick Exorcist dari Digital Happiness. Game ini menawarkan perpaduan unik horor-komedi, sebuah kejutan dari studio yang dikenal lewat DreadOut. Gameplay-nya berfokus pada beat ‘em up dengan elemen hack and slash dalam visual 2.5D hand-drawn monokromatik, meskipun project ini masih dalam tahap pengembangan awal (early stage).

TGS Selected Indie 80
Booth Broomstick Exorcist (kiri) dan I NEED SPACE (kanan) di area Selected Indie 80

Di area yang sama, perhatian kami tersita oleh PVKK: Planetenverteidigungskanonenkommandant, game dari Jerman yang menonjol berkat replika panel kontrol bergaya retro-tech. Konsep Point & Click dari game aslinya diangkat ke level berikutnya, di mana demo TGS ini menggunakan panel kontrol fisik yang imersif untuk menembak jatuh proyektil musuh.

PVKK
PVKK: Planetenverteidigungskanonenkommandant (Bippinbits / Kepler Interactive)

Tim PlayEatSleep juga berkunjung ke Pavilion Indonesia, yang menghadirkan beberapa developer lokal dengan karya yang beragam. Pertama, HR Simulator dari Animesme menawarkan simulasi kehidupan kerja yang unik. Meskipun masih dalam tahap early access dan terasa membutuhkan polesan lebih lanjut, demonya sudah menampilkan sistem wawancara dan manajemen karyawan yang relevan. Selanjutnya, Asbak dari Vifth Floor membawa kami ke dalam game hack-and-slash dengan latar supernatural urban Indonesia. Dalam demo, karakter Sam bertarung melawan berbagai iblis dari alam paranormal di dalam gerbong kereta.

Sementara itu, Agni: Village of Calamity dari Separuh Interactive menawarkan pengalaman survival horror sinematik yang terinspirasi dari Resident Evil klasik. Dengan sudut kamera fixed-style dan atmosfer desa terpencil yang mencekam, game ini mendapat rating CERO Z (18+) di Jepang karena menampilkan kekerasan eksplisit dan elemen horor yang intens. Terakhir, Luminote Mio: Aqualoom at Ocean’s End dari Thizen adalah cozy adventure yang masih dalam tahap pengembangan awal. Dalam prototipe yang tersedia, pemain berperan sebagai Mio yang menjelajahi dunia untuk membuat akuarium magis melalui eksplorasi dan mini-game ritmis.

Games from Indonesia TGS 2025
Games from Indonesia

Inovasi Hardware dan Lifestyle Gaming

Di luar game, area hardware juga menampilkan inovasi menarik. ASUS menghadirkan dua sorotan utama: ROG Xbox Ally, handheld gaming hasil kolaborasi dengan Microsoft yang untuk pertama kalinya bisa dicoba langsung oleh publik, dan ROG x Hatsune Miku Edition, satu set PC dengan desain dan skema warna ikonik Hatsune Miku yang sangat mencuri perhatian.

Sementara itu, di area lifestyle gaming, booth Nitori menunjukkan bahwa setup gaming adalah tentang kenyamanan dan ekspresi diri. Mereka menampilkan tiga ruang gaming tematik hasil kolaborasi dengan Final Fantasy VII Remake, Monster Hunter Wilds, dan Street Fighter 6. Pengunjung bisa duduk di kursi gaming bertema Cloud dan Sephiroth, atau berfoto dengan Buster Sword seukuran aslinya, menjadikannya salah satu spot paling fotogenik di TGS 2025.

nitori TGS 2025
NITORI

Sampai Jumpa di TGS 2026?

Banyak hal menarik yang kami temukan di TGS 2025. Pameran ini sekali lagi membuktikan bahwa industri game global memiliki potensi yang sangat besar. Berbeda dengan tahun lalu, kami senang melihat Pavilion Indonesia tahun ini tampil di lokasi yang lebih strategis dan mudah diakses pengunjung. Peningkatan kehadiran Indonesia di ajang internasional seperti ini sangat membanggakan, dan kami tidak sabar untuk kembali meliput di TGS 2026.

Tokyo Game Show 2025 Special Report

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini