Dalam dunia game, parodi sering kali menjadi medium untuk menyampaikan kritik atau sekadar hiburan. Salah satu yang terbaru adalah “Yasuke Simulator,” sebuah game yang dengan cerdas menyindir “Assassin’s Creed Shadows” dari Ubisoft.
Dikembangkan oleh tim yang menamakan diri mereka “HistoryAccurateDevelopers,” game ini dijadwalkan rilis pada 20 Maret 2025 di Steam, bertepatan dengan peluncuran “Assassin’s Creed Shadows”.
Baca juga: Artbook Assassin’s Creed Shadows Bocor di Situs Dewasa

Sindiran Keras ke Assassin’s Creed Shadows
“Yasuke Simulator” membawa pemain ke tahun 1579, memerankan Yasuke, seorang samurai Afrika yang tiba di Jepang bersama seorang misionaris Jesuit.
Meskipun premisnya tampak historis, game ini dengan sengaja memasukkan elemen-elemen anachronistic seperti senapan serbu, peluncur roket, sepeda motor, dan mobil sport. Langkah ini merupakan sindiran langsung terhadap perdebatan seputar akurasi historis dalam “Assassin’s Creed Shadows”.
Kontroversi mengenai “Assassin’s Creed Shadows” bermula dari pengenalan karakter Yasuke sebagai protagonis utama. Beberapa kritikus mempertanyakan keakuratan historis dari representasi ini, meskipun ada bukti sejarah yang mendukung keberadaan Yasuke sebagai samurai kulit hitam pertama di Jepang.
Perdebatan ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas dalam komunitas game mengenai representasi dan keanekaragaman dalam media interaktif.
“Yasuke Simulator” tampaknya dirancang sebagai kritik satir terhadap perdebatan ini, dengan menekankan ketidaksesuaian historis secara ekstrem untuk menyoroti absurditas dari beberapa argumen yang diajukan oleh para kritikus.
Pengembangnya bahkan menyatakan bahwa mereka telah melakukan penelitian mendalam untuk menyediakan “gambaran yang sepenuhnya akurat secara historis” tentang Jepang feodal, sebuah klaim yang jelas-jelas ironis mengingat adanya senjata modern dan kendaraan dalam game.
Selain itu, “Yasuke Simulator” juga menggunakan teknologi AI dalam pengembangan beberapa aspek audio dan grafisnya. Meskipun penggunaan AI dalam pengembangan game semakin umum, hal ini menambah lapisan tambahan pada kritik satir terhadap industri game dan pendekatannya terhadap akurasi historis dan representasi.
Reaksi Komunitas Gaming Terhadap Yasuke Simulator
Reaksi komunitas terhadap “Yasuke Simulator” beragam. Beberapa melihatnya sebagai komentar cerdas dan lucu terhadap perdebatan yang sedang berlangsung, sementara yang lain menganggapnya sebagai upaya yang tidak sensitif atau tidak perlu.
Namun, tidak dapat disangkal bahwa game ini telah memicu diskusi lebih lanjut tentang peran akurasi historis dalam game dan bagaimana pengembang menavigasi tuntutan untuk representasi yang autentik versus kebutuhan untuk menciptakan pengalaman bermain yang menarik dan inovatif.
Dalam konteks yang lebih luas, “Yasuke Simulator” menyoroti tantangan yang dihadapi oleh pengembang game dalam menyeimbangkan antara akurasi historis, representasi yang beragam, dan gameplay yang menarik.
Sementara beberapa pemain menuntut representasi yang setia terhadap sejarah, yang lain mencari pengalaman yang lebih fantastis atau inovatif. Game seperti “Yasuke Simulator” dan “Assassin’s Creed Shadows” berada di persimpangan ini, mencoba memenuhi harapan yang beragam dari basis pemain yang luas.
Pada akhirnya, “Yasuke Simulator” berfungsi sebagai cermin bagi industri game, memaksa komunitas untuk merenungkan apa yang mereka inginkan dari media ini dan bagaimana mereka menanggapi upaya pengembang dalam menghadirkan narasi dan pengalaman yang beragam.
Apakah game harus selalu setia pada sejarah, ataukah mereka memiliki kebebasan untuk menafsirkan ulang dan bereksperimen demi menciptakan sesuatu yang baru dan menarik? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang mudah, tetapi diskusi yang dipicu oleh game seperti “Yasuke Simulator” merupakan langkah penting dalam evolusi industtri gaming.
Source: Gamerant